WAWASAN WIYATA MANDALA PESONA ETIKA PENERUS NASIONALISME BANGSA

SELAMAT DATANG DAN BERGABUNG DENGAN K3S BERMUTU PURWANTORO

BERIKAN SOLUSI TERBAIK UNTUK KAMI DEMI ANAK NEGERI PENERUS GENERASI.

Rabu, 15 Februari 2012

TUGASKU IBADAHKU

Artikel Oleh Estu Tentrem, S.Pd., M.Pd

Visi Misi KKKS merupakam kompetensi pendorong ketercapaian tujuan KKKS yang mengarah pada profesionalime serta kinerjaKepala sekolah di kecamatan purwantoro dalam mendalami landasan dan wawasan Pendidikan Nasional.


LANDASAN DAN WAWASAN KEPENDIDIKAN DAN PENDALAMAN ICT BAGI KEPALA SEKOLAH

Pendahuluan
Memasuki abad XXI, suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besarpengaruhnya terhadap segala aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan dituntut untuk mampu menghasilkan sdm yang berkwalitas, yaitu sdm yang mampu “hidup” di era abad XXI sehingga diperlukan perubahan system pendidikan.
Dalam segala aspek kehidupan terjadi perubahan-perubahan yang cepat dan gerakannya tidak linier, tetapi terjadi lompatan-lompatan yang sangat sulit diramalkan. Dalam dunia pendidikan terjadi perubahan mendasar dalam hal orientasi teoritik kegiatan, yaitu dari behaviaristik ke konstruktivistik.
Perubahan landasan teoritik ini disebabkan karena adanya tuntutan pendidikan serta strategi untuk mencapainya. Pendidikan tidak lagi dilihat sebagai upaya untuk menyiapkan mahasiswa memasuki masa depan, tetapi sebagai suatu proses agar seseorang bisa “hidup” kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun.
Karakteristik sumber daya manusia yang bisa “hidup” diabad XXI adalah manusia yang benar-benar unggul, dan memiliki kompetensi :
- Berfikir kreatif-produktif.
- Pengambilan keputusan
- Pemecahan masalah
- Belajar bagaimana belajar
- Kolaborasi
- Pengelolaan diri.
Strategi pendidikan yang diterapkan haruslah yang berlandaskan teori yang cocok, yaitu yang lebih memberi peluang bagi mahasiswa dapat mengalami growt in learning.
Lingkungan belajar bagaimanapun penataannya, haruslah dimaksudkan agar mahasiswa mau dan mudah belajar
Gagasan mengenai “ What should a learning environment provide” terkait pemikiran siapa yang seharusnya mengotrol proses belajar mahasiswa sebagai subyek belajar ( Learner Control ) atau kondisi/system di luar diri mahasiswa (system control) pertimbangan untuk menyediakan lingkungan belajar yang bebas untuk melakukan pilihan–pilihan sangat penting.bagi dosen yang ingin meningkatkan ”growth in learning dan emotional scurity”bagi mahasiswa.
Kebebesan unsur penting dalam lingkungan belajar.pengetahuan lingkungan belajar sangat diperlukan agar mahasiswa mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Prakarsa mahasiswa untuk belajar { the will tolern) akan mati, bila kepadanya dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tidak ada kaitannya dengan belajar. Mahasiswa akan takut dan akan mengembangkan kondisi (defence mechanism). Satu hal lagi yang dapat menimbulkan “the will to learn” adalah realaress”. Yaitu sadar bahwa mahasiswa disamping mempunyai kekuatan juga mempunyai kelemahan.
Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realnessdari semua pihak yang terlibat akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap proses belajar.
Kebebasan, realness, dan sikap serta persepsi yang positif terhadap belajar menjadi modal dasar untuk memunculkan prakarsa belajar. Disamping untuk menumbuhkan prakarsa belajar penataan lingkungan yang memberi kebebasan untuk berbuat dan melakukan pilihan juga mengembangkan kemajuan mental yang kreatif dan produktif.
Pola Pendidikan “Hukum Rimba”
Aktifitas belajar lebih banyak diarahkan untuk mencerminkan apa saja yang diajarkan, tanpa upaya dan peluang untuk mendiskusikannya lebih dalam untuk menemukan keterkaitan dan kecocokan kebutuhan mahasiswa. Ada kalanya yang menyebutkan dan berujar dapat bahwa system pendidikan kita adalah system “indoktrinasi” yang identik dan disepadankan dengan “system pendidikan” hokum rimba”. Melihat kenyataan tersebut menyebabkan kampus bukanlah tempat yang menyenangkan untuk belajar, tetapi merupakan tempat penyiksaan yang terancang rapi.
Indikator Keberhasilan Pendidikan
Kesejahteraan mahasiswa mestinya diangkat menjadi indicator keberhasilan pendidikan/pembelajaran disuatu perguruan tinggi.
Asumsi-asumsi yang perlu dipatok sebagai landasan pengembangan konsep pembudayaan belajar mahasiswa, yang menjadi landasan praktek pendidikan di PT, adalah
- Mahasiswa adalah makhluk yang bebas membentuk dirinya sendiri.
- Mahasiswa adalah makhluk yang bermartabat.
- Mahasiswa mampu mengontrol dirinya sendiri.
- Mahasiswa adalah “si belajar” dengan karakteristiknya yang khas.
Konsep pendidikan di Perguruan Tinggi perlu ditinjau lagi.
Konsepsi pemberdayaan belajar mahasiswa sangat penting untuk diimplementasikan, karena masih banyak fenomena pendidikan/pembelajaran lainnya yang sekarang ini terjadi, tanpa disadari mengapa itu dilakukan.
Salah satu karakteristik mahasiswa, terutama mahasiswa-mahasiswa yang termasuk berbakat adalah kebutuhan akan kebebasan dalam melakukan control diri. Secara khusus, meskipun keinginan belajar, cara belajar, dan hal-hal lain yang terkait dengan pemberdayaan belajar mahasiswa, banyak tergantung pada pembawaan, namun sejauh mana belajar itu benar-benar terjadi dalam diri dalam upaya menjawab tantangan ini.
Pokok-pokok pikiran tentang system pembelajaran di PT Suinor ( 1969 ) telah mengklasifikasikan variable-variabel system pembelajaran, yang dikatakannya sebagai komponen utama dari ilmu merancang ( a design science ) menjadi 3, yaitu :
1. Alternative goals or requirements
2. Possibilities for action.
3. Fixed parameters or constraints.
Klasifikasi lain dikemukan oleh Glaser (1965, 1976) yang disebutkan sebagai empat components of psychology of instruction. Keempat komponen ini adalah :
1. Analisis isi bidang studi
2. Diagnosis kemajuan awal siswa
3. Proses pembelajaran
4. Pengukuran hasil belajar.
Menurut Reigeheth, dkk (1977) ada 4 (empat) variabel yang menjadi fisik perhatian ilmuwan pembelajaran, yaitu :
1. Kondisi pembelajaran, yang meliputi : karakteristik mahasiswa, karakteristik lingkungan pebelajaran, dan tujuan institusional.
2. Bidang studi yang mencakup karakteristik isi/tugas.
3. Strategi pembelajaran, yang mencakup strategi penyajian isi bidang studi, dan pengelolaan pembelajaran.
4. Hasil pembelajaran, yang mencakup semua efek yang dihasilkan dari pembelajaran apakah diri mahasiswa, lembaga, termasuk juga masyarakat.
Pada akhirnya klasifikasi 4 variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjadi 3, yaitu :
1. Kondisi pembelajaran, yaitu factor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran.
2. Metode pembelajaran yaitu cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda.
3. Hasil pembelajaran, yaitu semua efek yang dapat dijadikan sebagai indicator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda.
Hasil pembelajaran bisa berupa hasil nyata ( actual out comes ), dan hasil yang diinginkan ( desireal out comes ).
Kondisi pembelajaran dari Reigelath sepadan dengan fixed parameters arconstrains dari Simon, atau dengan komponen analisis bidang studi dan kemampuan awal dari Glaser .
Metode pembelajaran dari Reigeluth sepadan dengan possibilities far action dari Simon , atau dengan komponen hasil pembelajaran dari Gleser. Hasil pembelajaran dari Reigeleth sepadan dengan alternative goads ar requirements, atau dengan komponen hasil pembelajarn dari Gleser.
Ilmu pembelajaran memusatkan bidang kajiannya pada upaya memperbaiki kualitas pembelajaran.
Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Strategi pengorganisasian ( Organisational Strategy) yaitu metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang sudah dipilih untuk pembelajaran.
2) Strategi penyampaian (Delivery strategy) yaitu metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada mahasiswa dan atau untuk menerima serta merespon masukan dari mahasiwa.
3) Strategi pengolahan (management strategy), yaitu metode untuk menata interaksi antara mahasiswa dan variabel metode pembelajaran lainnya.
Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Strategi mikro, yang mengacu pada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang berkisar pada konsep, atau prosedur dari prinsip.
2. Strategi makro, yang mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep, prosedur atau prinsip.

Startegi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran (konsep, prosedur dan prinsip ) yang saling berkaitan.
Strategi penyampaian pembelajaran mempunyai 2 fungsi, yaitu :
1) Menyampaikan isi pembelajaran kepada mahasiswa.
2) Menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja.

Ada 5 cara dalam mengklasifikasi media untuk mendiskripsikan strategi penyampaian, yaitu :
1) Tingkat kecamatan dalam menggambarkan sesuatu.
2) Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya.
3) Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya.
4) Tingkat motivasi yang dapat ditimbulkannya.
5) Tingkat biaya yang diperlukan.
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara mahasiswa dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Ada 3 klasifikasi penting dalam variabel strategi pengelolaan yaitu : penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.
Kondisi pembelajaran mendiskripsikan dan mengklasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran.
Menurut Reigenleth dan Merrill (1979) variabel kondisi pembelajaran dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1) Tujuan dan karakteristik bidang studi
Tujuan pembelajaran yaitu pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan ( tujuan umum, tujuan khusus, dsb ).
2) Kendala : keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media, personalia, dan uang.
3) Karakteristik Mahasiswa : Aspek-aspek kualitas perseorangan mahasiswa, seperti bakat, motivasi , dan hasil belajar yang telah dimilikinya.
Tujuan dan karakteristik bidang studi dihipotesiskan memiliki pengaruh aturan pada pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran, kendala pemilihan strategi penyampaian, dan pemilihan strategi pengelolaan.
Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Keefektifan ( efektiveness )
2. Efisiensi ( efficiency )
3. daya tarik ( appeal )
Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mendiskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu :
1) Kecermatan pengusaan perilaku yang dipelajari atau juga sering disebut dengan tingkat kesalahan.
2) Kecepatan unjuk kerja.
3) Tingkat alih belajar.
4) Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan ratio antara keefektifan dan jumlah jumlah waktu yang dipakai mahasiswa dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
Daya pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungannya mahasiswa untuk tetap/jenis belajar.

1 komentar: