WAWASAN WIYATA MANDALA PESONA ETIKA PENERUS NASIONALISME BANGSA

SELAMAT DATANG DAN BERGABUNG DENGAN K3S BERMUTU PURWANTORO

BERIKAN SOLUSI TERBAIK UNTUK KAMI DEMI ANAK NEGERI PENERUS GENERASI.

Rabu, 15 Februari 2012

Berputualang Pendidikan Karakter Ala Pramuka

Berputualang Pendidikan Karakter Ala Pramuka
Oleh Kak Estu

ORIENTASI KEPRAMUKAAN DAN PEMBINAAN KARAKTER BANGSA
Artikel Oleh: Kak Estu Tentrem, M.Pd

Salam Pramuka !
Sebagai seorang dewasa, seorang Pembina Pramuka tentu banyak memiliki pengalaman yang diyakini kebenarannya, Sehingga sulit dipengaruhi. Orang dewasa itu mau apabila ia senang dan diuntungkan mereka mempunyai keinginan-keinginan tertentu yang ingin dicapai.
Dengan diadakan pembinaan pada orang dewasa sebagai Pembina, maka diharapkan :
a. Orde memahami, mau dan senang mengikuti Pembinaan .
b. Terjadi keinginan interaksi .
c. Mengikuti dan menerima masukan dari pelatih atau sesama peserta .
d. Berperan aktif semua kegiatan pendidikan .
e. Melaksakan semua kegiatan dengan penuh rasa tanggungjawab .
f. Bekerja dalam kelompok .
g. Tercipta suasana kekeluargaan .
h. Tercapai keinginan peserta .
i. Bermain yang mengandung pendidikan.
Dari berbagai pertimbangan tersebut menjadi dasar dilakukan Kursus dan pelatihan atau penyegaran dan Karang pamitran bagi Pembina yang dimungkinkan pula kondisi Pembina saat ini timbul berbagai kesulitan antara lain :
a. Jumlahnya terbatas ( Pembina putri ).
b. Kemampuan pembinanya kurang memadai, karena pengalamannya minim.
c. Pembina hanya mendasarkan target SKU.
d. Kurang mampu mengembangkan materi.
e. Terbatasnya waktu bagi pembina.
f. Rasio antara pembina dengan anggota muda tidak seimbang.
g. Kebiasaan pembina memberdayakan peserta didik untuk ikut membantu membina anggota muda.
h. Pembina kurang kreatif dan inovatif.
i. Pembina merasa kurang berarti sebagai pembina.
Ketercapaian dan beberapa solusi menghadapi permasalahan tersebut adalah :
a. Memberikan diklat khususnya bagi pembina yang belum mengikuti diklat.
b. Memberikan pelatihan kepramukaan bagi pembina.
c. Memberikan perhatian yang serius bagi para pembinanya.
d. Memberikan dukungan moral, material dan spiritual .
Kondisi Pembina yang diharapkan :
a. Faham visi, misi dan strategi serta dapat mengaplikasikannya pada peserta pelatihan.
b. Memiliki kesungguhan, kesanggupan untuk memotivasi anggota muda dalam Gerakan Pramuka
c. Memiliki komitmen kuat dalam membina anak-anak muda.
d. Sanggup berkomunikasi secara interaktif dengan anggota muda dalam Gerakan Pramuka.
e. Bersedia untuk melengkapi dan meningkatkan diri melalui pelatihan-pelatihan.
f. Bersedia dan sanggup berbagi kepemimpinan dan mengembangkan pemimpin lainnya.
g. Bersedia dan sanggup memotifasi orang lain.
h. Mampu menerapkan sikap laku baik ( Karakter )melalui contoh maupun ajakan.
i. Berusia minimal 26 tahun dan sudah mengikuti KMD .




KEPRAMUKAAN
SEBAGAI PENDIDIKAN PROGRESIF KARAKTERISTIK SEPANJANG HAYAT
Artikel Oleh: Kak Estu Tentrem, M.Pd

Salam Pramuka !
Pendidikan dalam Gerakan Pramuka dilaksanakan lewat Kepramukaan.Kepramukaan merupakan proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuaka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang sasaran akhirnya pembentukan watak. Dalam arti luas pendidikan Gerakan Pramuka adalah suatu proses pembinaan sepanjang hayat yang berkesinambungan
Pendidikan dalam Gerakan Pramuka ( Kepramukaan ) bertujuan agar peserta didik timbul kesadaran bahwa :
1. Terjadinya peningkatan kwalitas diri:
a. Peningkatan mental / spiritual,moral, fisik, intelektual mosiaonal dan sosial.
b. Proses pendidikan tidak sama dengan proses pengajaran.
c. Peserta didik sebagai subyek
2. Kepramukaan merupakan :
a. Proses kegiatan belajar sendiri yang progresif ( maju dan meningkat ) bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya.
b. Sistem pembinaan dan pengembangan sumber daya (potensi) kaum muda agar menjadi warga negara yang berkualitas.
3. Pendidikan sepanjang hayat :
a. Pelengkap pendidikan di sekolah dan di keluarga, harus mampu mewadahi dan mengisi kebutuhan peserta didik.
b. Peserta didik saling bertukar pendapat, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan secara terus menerus dan berkesinambungan.
c. Kepramukaan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
d. Mengembangkan minat untuk mendapat temuan-temuan pengembangan kreatifitas dalam bidang teknologi maupun sosial budaya
Kesadara bahwa Kepramukaan sebagai proses pendidikan dalam bentuk kegiatanL:
 kreatif,
 rekreatif yang edukatif.
Oleh karena itu harus dirasakan peserta didik sebagai sesuatu yang menyenangkan, menarik, tidak menjemukan dan tidak ada paksaan dalam bergiat sehingga terdapat unsur – unsur Kepramukaan.
Unsur-unsur tersebut di antaranya:
a. Peserta didik sebagai subyek kegiatan
b. Program kegiatan peserta didik
c. Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan
d. Kode kehormatan Pramuka
e. Masyarakat
f. Alam terbuka
Kepramukaan adalah suatu gerakan / proses / aktivitas yang dinamis dan selalu bergerak maju . Kepramukaan sebagai proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi kaum muda dimanapun dan kapanpun selalu berubah sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Anggota dewasa selain beribadah juga menghadapi tantangan dalam membina interaksi dan saling pengertian dengan kaum muda




REVITALISASI GERAKAN PRAMUKA
Artikel Oleh: Kak Estu Tentrem, M.Pd

Salam Pramuka !
Banyak prediksi yang terserap bahwa pada Era globalisasi ini Gerakan Pramuka dirasakan semakin tidak eksis keberadaanya, hal ini disebabkan dari bebagai hal di antaranya:
a. Eksistensi dan peran Gerakan Pramuka yang semakin berkurang.
b. Keterlambatan menyesuaikan diri atas berbagai perubahan yang terjadi.
Dari hal ini maka, dirasa perlu adanya revitalisasi Gerakan Pramuka.
1. Revitalisasi Gerakan Pramuka (GP) adalah :
a. Pemberdayaan GP yang dilakukan secara sistematis.
b. Berkelanjutan dan terencana.
c. Meningkatkan PERTUPOKSI GP.
d. Memperkokoh eksistensi organisasi GP.
2. Hakekat Revitalisasi Gerakan Pramuka :
a. Memperkokoh eksistensi organisasi disesuaikan dengan perkembangan lingkungan yang dinamis.
b. Menyempurnakan organisasi yang sudah ada, bukan membentuk baru, mempertahankan tradisi yang baik disamping melakukan inovasi.
c. Dilakukan secara sistematis, berkelanjutan dan terencana.
d. Bertitik tolak dan memanfaatkan modal dasar yang dipunyai.
e. Konsentrasi pada aspek strategis untuk peningkatan peran, fungsi dan tugas pokok GP.
3. Tujuan Revitalisasi :
a. GP diterima dan diminati oleh kaum muda sebagai pilihan dalam proses belajar berorganisasi.
b. GP dipercaya sebagai wahana membentuk watak dan mengembangkan kepribadian kaum muda.
c. GP dengan Prinsip Dasar dan Metode kepramukaan melaksanakan kegiatannya secara cerdas dan gemilang.
d. Dapat membantu menangkal serta membantu menyelesaikan berbagai masalah kaum muda.
e. GP dapat diterima sebagai institusi yang menyelenggarakan Pendidikan Bela Negara.
4. Modal Dasar Revitalisasi :
A. LEGALITAS :
1. Keppres no. 238 tahun 1961
2. Keppres no. 104 tahun 2004
3. Keputusan Kwarnas no. 086 tahun 2005
4. Sambutan Presiden RI tgl 14 Agst 2006
5. Strategy For Scouting tahun 2002
B. Visi dan Misi, Strategi, Rentra dan Progja Gerakan Pramuka
5. Pemikiran Dasar Revitalisasi Gerakan Pramuka :
1. P erkuat GP sebagai wadah pembentukan kader bangsa
2. R aih keberhasilan melalui kerja keras secara cerdas & ikhlas
3. A jak kaum muda meningkatkan semangat Bela Negara
4. M antapkan tekad kaum muda sebagai patriot pembangunan
5. U tamakan kepentingan bangsa dan negara diatas segalanya
6. K okohkan persatuan dan kesatuan NKRI
7. A malkan Satya dan Darma Pramuka
6. Langkah – langkah Strategis Revitalisasi Gerakan Pramuka :
1) Memperkuat kepemimpinan dan manajemen kwartir di semua jajaran.
Merapatkan barisan Pembina Pramuka, Pelatih Pembina, Andalan serta Majelis Pembimbing.

TUGASKU IBADAHKU

Artikel Oleh Estu Tentrem, S.Pd., M.Pd

Visi Misi KKKS merupakam kompetensi pendorong ketercapaian tujuan KKKS yang mengarah pada profesionalime serta kinerjaKepala sekolah di kecamatan purwantoro dalam mendalami landasan dan wawasan Pendidikan Nasional.


LANDASAN DAN WAWASAN KEPENDIDIKAN DAN PENDALAMAN ICT BAGI KEPALA SEKOLAH

Pendahuluan
Memasuki abad XXI, suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besarpengaruhnya terhadap segala aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan dituntut untuk mampu menghasilkan sdm yang berkwalitas, yaitu sdm yang mampu “hidup” di era abad XXI sehingga diperlukan perubahan system pendidikan.
Dalam segala aspek kehidupan terjadi perubahan-perubahan yang cepat dan gerakannya tidak linier, tetapi terjadi lompatan-lompatan yang sangat sulit diramalkan. Dalam dunia pendidikan terjadi perubahan mendasar dalam hal orientasi teoritik kegiatan, yaitu dari behaviaristik ke konstruktivistik.
Perubahan landasan teoritik ini disebabkan karena adanya tuntutan pendidikan serta strategi untuk mencapainya. Pendidikan tidak lagi dilihat sebagai upaya untuk menyiapkan mahasiswa memasuki masa depan, tetapi sebagai suatu proses agar seseorang bisa “hidup” kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun.
Karakteristik sumber daya manusia yang bisa “hidup” diabad XXI adalah manusia yang benar-benar unggul, dan memiliki kompetensi :
- Berfikir kreatif-produktif.
- Pengambilan keputusan
- Pemecahan masalah
- Belajar bagaimana belajar
- Kolaborasi
- Pengelolaan diri.
Strategi pendidikan yang diterapkan haruslah yang berlandaskan teori yang cocok, yaitu yang lebih memberi peluang bagi mahasiswa dapat mengalami growt in learning.
Lingkungan belajar bagaimanapun penataannya, haruslah dimaksudkan agar mahasiswa mau dan mudah belajar
Gagasan mengenai “ What should a learning environment provide” terkait pemikiran siapa yang seharusnya mengotrol proses belajar mahasiswa sebagai subyek belajar ( Learner Control ) atau kondisi/system di luar diri mahasiswa (system control) pertimbangan untuk menyediakan lingkungan belajar yang bebas untuk melakukan pilihan–pilihan sangat penting.bagi dosen yang ingin meningkatkan ”growth in learning dan emotional scurity”bagi mahasiswa.
Kebebesan unsur penting dalam lingkungan belajar.pengetahuan lingkungan belajar sangat diperlukan agar mahasiswa mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Prakarsa mahasiswa untuk belajar { the will tolern) akan mati, bila kepadanya dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tidak ada kaitannya dengan belajar. Mahasiswa akan takut dan akan mengembangkan kondisi (defence mechanism). Satu hal lagi yang dapat menimbulkan “the will to learn” adalah realaress”. Yaitu sadar bahwa mahasiswa disamping mempunyai kekuatan juga mempunyai kelemahan.
Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realnessdari semua pihak yang terlibat akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap proses belajar.
Kebebasan, realness, dan sikap serta persepsi yang positif terhadap belajar menjadi modal dasar untuk memunculkan prakarsa belajar. Disamping untuk menumbuhkan prakarsa belajar penataan lingkungan yang memberi kebebasan untuk berbuat dan melakukan pilihan juga mengembangkan kemajuan mental yang kreatif dan produktif.
Pola Pendidikan “Hukum Rimba”
Aktifitas belajar lebih banyak diarahkan untuk mencerminkan apa saja yang diajarkan, tanpa upaya dan peluang untuk mendiskusikannya lebih dalam untuk menemukan keterkaitan dan kecocokan kebutuhan mahasiswa. Ada kalanya yang menyebutkan dan berujar dapat bahwa system pendidikan kita adalah system “indoktrinasi” yang identik dan disepadankan dengan “system pendidikan” hokum rimba”. Melihat kenyataan tersebut menyebabkan kampus bukanlah tempat yang menyenangkan untuk belajar, tetapi merupakan tempat penyiksaan yang terancang rapi.
Indikator Keberhasilan Pendidikan
Kesejahteraan mahasiswa mestinya diangkat menjadi indicator keberhasilan pendidikan/pembelajaran disuatu perguruan tinggi.
Asumsi-asumsi yang perlu dipatok sebagai landasan pengembangan konsep pembudayaan belajar mahasiswa, yang menjadi landasan praktek pendidikan di PT, adalah
- Mahasiswa adalah makhluk yang bebas membentuk dirinya sendiri.
- Mahasiswa adalah makhluk yang bermartabat.
- Mahasiswa mampu mengontrol dirinya sendiri.
- Mahasiswa adalah “si belajar” dengan karakteristiknya yang khas.
Konsep pendidikan di Perguruan Tinggi perlu ditinjau lagi.
Konsepsi pemberdayaan belajar mahasiswa sangat penting untuk diimplementasikan, karena masih banyak fenomena pendidikan/pembelajaran lainnya yang sekarang ini terjadi, tanpa disadari mengapa itu dilakukan.
Salah satu karakteristik mahasiswa, terutama mahasiswa-mahasiswa yang termasuk berbakat adalah kebutuhan akan kebebasan dalam melakukan control diri. Secara khusus, meskipun keinginan belajar, cara belajar, dan hal-hal lain yang terkait dengan pemberdayaan belajar mahasiswa, banyak tergantung pada pembawaan, namun sejauh mana belajar itu benar-benar terjadi dalam diri dalam upaya menjawab tantangan ini.
Pokok-pokok pikiran tentang system pembelajaran di PT Suinor ( 1969 ) telah mengklasifikasikan variable-variabel system pembelajaran, yang dikatakannya sebagai komponen utama dari ilmu merancang ( a design science ) menjadi 3, yaitu :
1. Alternative goals or requirements
2. Possibilities for action.
3. Fixed parameters or constraints.
Klasifikasi lain dikemukan oleh Glaser (1965, 1976) yang disebutkan sebagai empat components of psychology of instruction. Keempat komponen ini adalah :
1. Analisis isi bidang studi
2. Diagnosis kemajuan awal siswa
3. Proses pembelajaran
4. Pengukuran hasil belajar.
Menurut Reigeheth, dkk (1977) ada 4 (empat) variabel yang menjadi fisik perhatian ilmuwan pembelajaran, yaitu :
1. Kondisi pembelajaran, yang meliputi : karakteristik mahasiswa, karakteristik lingkungan pebelajaran, dan tujuan institusional.
2. Bidang studi yang mencakup karakteristik isi/tugas.
3. Strategi pembelajaran, yang mencakup strategi penyajian isi bidang studi, dan pengelolaan pembelajaran.
4. Hasil pembelajaran, yang mencakup semua efek yang dihasilkan dari pembelajaran apakah diri mahasiswa, lembaga, termasuk juga masyarakat.
Pada akhirnya klasifikasi 4 variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjadi 3, yaitu :
1. Kondisi pembelajaran, yaitu factor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran.
2. Metode pembelajaran yaitu cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda.
3. Hasil pembelajaran, yaitu semua efek yang dapat dijadikan sebagai indicator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda.
Hasil pembelajaran bisa berupa hasil nyata ( actual out comes ), dan hasil yang diinginkan ( desireal out comes ).
Kondisi pembelajaran dari Reigelath sepadan dengan fixed parameters arconstrains dari Simon, atau dengan komponen analisis bidang studi dan kemampuan awal dari Glaser .
Metode pembelajaran dari Reigeluth sepadan dengan possibilities far action dari Simon , atau dengan komponen hasil pembelajaran dari Gleser. Hasil pembelajaran dari Reigeleth sepadan dengan alternative goads ar requirements, atau dengan komponen hasil pembelajarn dari Gleser.
Ilmu pembelajaran memusatkan bidang kajiannya pada upaya memperbaiki kualitas pembelajaran.
Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Strategi pengorganisasian ( Organisational Strategy) yaitu metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang sudah dipilih untuk pembelajaran.
2) Strategi penyampaian (Delivery strategy) yaitu metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada mahasiswa dan atau untuk menerima serta merespon masukan dari mahasiwa.
3) Strategi pengolahan (management strategy), yaitu metode untuk menata interaksi antara mahasiswa dan variabel metode pembelajaran lainnya.
Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Strategi mikro, yang mengacu pada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang berkisar pada konsep, atau prosedur dari prinsip.
2. Strategi makro, yang mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep, prosedur atau prinsip.

Startegi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran (konsep, prosedur dan prinsip ) yang saling berkaitan.
Strategi penyampaian pembelajaran mempunyai 2 fungsi, yaitu :
1) Menyampaikan isi pembelajaran kepada mahasiswa.
2) Menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja.

Ada 5 cara dalam mengklasifikasi media untuk mendiskripsikan strategi penyampaian, yaitu :
1) Tingkat kecamatan dalam menggambarkan sesuatu.
2) Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya.
3) Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya.
4) Tingkat motivasi yang dapat ditimbulkannya.
5) Tingkat biaya yang diperlukan.
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara mahasiswa dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Ada 3 klasifikasi penting dalam variabel strategi pengelolaan yaitu : penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.
Kondisi pembelajaran mendiskripsikan dan mengklasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran.
Menurut Reigenleth dan Merrill (1979) variabel kondisi pembelajaran dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1) Tujuan dan karakteristik bidang studi
Tujuan pembelajaran yaitu pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan ( tujuan umum, tujuan khusus, dsb ).
2) Kendala : keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media, personalia, dan uang.
3) Karakteristik Mahasiswa : Aspek-aspek kualitas perseorangan mahasiswa, seperti bakat, motivasi , dan hasil belajar yang telah dimilikinya.
Tujuan dan karakteristik bidang studi dihipotesiskan memiliki pengaruh aturan pada pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran, kendala pemilihan strategi penyampaian, dan pemilihan strategi pengelolaan.
Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Keefektifan ( efektiveness )
2. Efisiensi ( efficiency )
3. daya tarik ( appeal )
Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mendiskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu :
1) Kecermatan pengusaan perilaku yang dipelajari atau juga sering disebut dengan tingkat kesalahan.
2) Kecepatan unjuk kerja.
3) Tingkat alih belajar.
4) Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan ratio antara keefektifan dan jumlah jumlah waktu yang dipakai mahasiswa dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
Daya pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungannya mahasiswa untuk tetap/jenis belajar.

MAKNA PENTINGNYA PENILAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR


MAKNA PENTINGNYA PENILAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
(Artikel Pendidikan)
Oleh Estu Tentrem, S.Pd., M.Pd

A. RASIONAL
Keterkaitan tiga proses utama dalam pembelajaran yang antara lain, Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga komponen penting dalam program pembelajaran yang tidak terpisahkan sehingga merupakan sebuah proses pembelajaran di satuan pendidikan. Ke tiga hal tersebut dapat dimaknai sebagai berikut:
1. Kurikulum ~ Merupakan jabaran dari tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran.
2. Pembelajaran ~ merupakan upaya untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam kurikulum.
3. Penilaian ~ Dilakukan untuk mengukur dan menilai pencapaian tujuan pembelajaran serta untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran.
Kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang benar perlu dipersiapkan sistem penilaian yang baik, terencana, dan berkesinambungan.
Dalam UU no.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 58 (1) dinyatakan bahwa: “Dalam rangka pencapaian standar kompetensi siswa evaluasi hasil belajar siswa dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan.
Dalam PP no.19 tahun 2005 pasal 63 (1): Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidik
3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
Penilaian sebagai salah satu bagian dalam manajemen harus dipahami oleh pendidik dan pengelola satuan pendidikan. Modal penilaian yang saat ini dikembangkan adalah model penilaian kelas.

B. DASAR HUKUM PELAKSANAAN PENILAIAN
1. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
2. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan
6. Peraturan Menteri Penidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Komptensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
C. PENGERTIAN PENILAIAN DAN PENILAIAN KELAS

1. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
2. Penilaian Kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapain kompetensi dasar setelah mengikuti proses pembelajaran.
Penilaian kelas dilakukan melalui proses dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan
b. Penyusunan alat penilaian
c. Pengumpulan informasi sebagai bukti pencapaian hasil
d. Pengolahan
e. Penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik
Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan sehingga memungkinkan peserta didik memahami apa yang dikerjakan dan peningkatan kemampuan pada dirinya.
Sebagai upaya melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien maka setiap satuan pendidikan harus melakukan perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, serta melaksanakan penilaian hasil pembelajaran.

D. TUJUAN PENILAIAN
1. Tujuan Umum
a. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik.
b. Memperbaiki proses pembelajaran.
c. Bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa.
b. Mendiagnosis kesulitan belajar.
c. Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar
d. Penentuan kenaikan kelas.
e. Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

E. FUNGI PENILAIAN
1. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
2. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
3. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
4. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa, misalnya melalui portofolio.

F. PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN HASIL BELAJAR
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:

1. Valid
Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan alam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar)
2. Reliabel
Reliabel berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang realiabel (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliabel dan menjamin konsistensi. Misal, pendidik menilai dengan unjuk kerja, penilaian akan realibel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.
3. Edukatif
Penilaian hasil belajar dilakukan untuk memotivasi siswa dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi standar kompetensi lulusan.
4. Objektif
Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengukur potensi siswa yang sesungguhnya dengan kompetensi yang dibelajarkan. Penilaian hasil belajar hendaknya tidak dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional.
5. Transparan
Kriteria penilaian hasil belajar dan proses pengambilan keputusan terhadap hasil belajar siswa bersifat transparant bagi semua pihak yang berkepentingan.
6. Berkesinambungan
Penilaian hasil belajar dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang perkembangan belajar siswa.
7. Menyeluruh
Penilaian hasil belajar dilakukan dengan berbagai cara (teknik dan prosedur) untuk memperoleh informasi yang utuh dan lengkap tentang perkembangan belajar siswa, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
8. Bermakna
Hasil penilaian hasil belajar hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, siswa dan orang tua.
9. Ketuntasan Belajar
Berdasarkan pada pedoman penyusunan KTSP dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompentensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

G. BENTUK, JENIS DAN TEKNIK PENILAIAN
1. Bentuk Penilaian Hasil Belajar Masing-Masing Kelompok Mata Pelajaran
a. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:
1) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.
2) Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
b. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
c. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
d. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan dilakukan melalui:
1) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik
2) Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.

2. Jenis Penilaian
berdasarkan PP Nomor 11 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri atas: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
a. Ulangan Harian
Ulangan harian merupakan penilaian yang dilakukan guru untuk menilai pencapaian satu atau lebih kompetensi dasar (KD). Ulangan harian merujuk pada indikator dari setiap kompetensi dasar (KD). Bentuk ulangan harian selain tertulis dapat juga secara lisan, perbuatan (praktik) dan sikap. Frekuensi dan bentuk ulangan harian dalam satu semester ditentukan guru sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi. Dalam rangka memperoleh skor setiap mata pelajaran, tugas dan pekerjaan rumah dapat menggantikan atau melengkapi ulangan harian. Tugas dan PR dapat didokumentasikan dalam bentuk portofolio. Ulangan harian ini dapat berfungsi sebagai diagnosis terhadap kesulitan belajar.
b. Ulangan Tengah Semester
Ulangan tengah semester merupakan penilaian yang dilakukan guru untuk menilai pencapaian kompetensi dalam tengah semester. Bentuk ulangan tengah semester bisa tes tertulis, lisan, perbuatan, sikap, dan tugas. Sebagai tindak lanjut ulangan tengah semester hasil tes dan tugas diolah dan dianalisis guru.
c. Ulangan Akhir Semester
Ulangan akhir semester yang dimaksudkan disini adalah ulangan akhir semester satu. Ulangan ini dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar selama semester satu. Ulangan akhir semester dapat berbentuk tes tertulis, lisan, perbuatan (praktik), sikap dan tugas.
d. Ulangan Kenaikan Kelas
Ulangan kenaikan kelas dilaksanakan pada akhir semester dua. Ulangan ini dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar selama satu tahun. Ulangan kenaikan kelas dapat berbentuk tes tertulis, lisan, perbuatan (praktik), sikap dan tugas.
3. Teknik Penilaian
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai teknik, baik dalam proses belajar maupun hasil belajar. Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa kognitif, afektif, maupun psikomotor. Berdasarkan indikator tersebut dapat dipilih teknik penilaian yang sesuai. Berikut ini enam teknik penilaian yang bisa dipilih.
a. Penilaian Unjuk Kerja
1) Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Contoh: Penilaian praktik dilaboratorium, praktik shalat, praktik olahraga, dan sebagainya.
2) Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja dilakukan melalui pengamatan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, misalnya: diskusi, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Untuk mengamati unjuk kerja dapat digunakan instrumen berikut:
a) Daftar cek (check list)
b) Skala penilaian (rating scale)
b. Penilaian Tertulis
1) Pengertian
Penilaian tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Penilaian jenis ini cenderung digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berkaitan dengan konsep, prosedur, dan aturan-aturan.
2) Teknik Penilaian
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a) Soal dengan memilih jawaban
• Pilihan ganda
• Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
• menjodohkan
b) Soal dengan mensuplai jawaban
• Isian singkat atau melengkapi
• Uraian terbatas
• Uraian obyektif / non obyektif
• Uraian terstruktur / nonstruktur

c. Penilaian Proyek
1) Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
2) Teknik Penilaian Proyek .
Penilaian proyek dilakukan mulai perencanaan, proses pengerjaan sampai hasil akhir proyek. Untuk itu guru perlu menetapkan hal-hal yang perlu dinilai, seperti: penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk poster.
d. Penilaian Produk
1) Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk yang meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni.
2) Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Cara holistik yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk.
Cara analitik yatu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
e. Penilaian Portofolio
1) Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi dapat berupa karya peserta didik yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dalam proses pembelajaran.
2) Teknik Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru: jelaskan bahwa portofolio tidak hanya merupakan kumpulan hasil karya peserta didik yang digunakan untuk penilaian tetapi digunakan juga oleh peserta didik.
b) Tentukan bersama peserta didik portofolio apa saja yang akan dibuat.
c) Kumpulkan dan simpanlah karya peserta didik dalam satu map atau locker masing-masing.
d) Berilah tanggal pembuatan disetiap bahan informasi.
e) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan peserta didik.
f) Mintalah peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
g) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan maka peserta didik diberi kesempatan memperbaiki.
h) Bila perlu jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio.
f. Penilaian Diri (self Assisment)
1) Pengertian
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik ditugaskan menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapain kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria yang telah disiapkan.
2) Teknik Penilaian Diri
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan obyektif. langkah-langkah penilaian diri sebagai berikut:
a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
c) Merumuskan format penilaian berupa pedoman penskoran, daftara tanda cek atau skala penilaian.
d) Meminta peserta didik melaukan penilaian diri.
e) Pendidik mengkaji sampel hasil penilaian secara acak untuk mendorong agar senantias melakukan penilaian diri secara cermat dan obyektif.
f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel penilaian.

H. MANFAAT DAN PELAPORAN HASIL PENILAIAN
1. Manfaat Hasil Penilaian
a. Bagi peserta didik yang memerlukan remidial
Hasil penilaian dapat untuk mengetahui kemampuan peserta didik setiap individu. Bagi peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal perlu mendapatkan bimbingan dan bantuan sesuai dengan gaya belajar peserta didik sehingga dapat mengatasi kesulitan.
b. Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Kemampuan individu tiap peserta didik dapat diketahui dari hasil penilaian. Ada sebagian peserta didik yang lebih cepat menguasai materi yang dipelajari dibanding yang lain. Anak-anak tersebut harus mendapatkan layanan secara optimal. Layanan bisa berupa pengayaan, bisa tugas tambahan untuk memperkaya kompetensi yang telah dimiliki.
c. Bagi guru
Hasil penilaian dapat dimanfaatkan guru dalam menyusun program dan kegiatan pembelajaran.
d. Bagi kepala sekolah
Hasil penilaian dapat digunakan kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan tingkat keberhasilan peserta didik.

2. Pelaporan Hasil Penilaian
a. Laporan sebagai akuntabiltas publik
Dalam mengelola sekolah model MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) peran serta masyarakat sangat diperlukan. Tidak hanya dukungan dana yang diharapkan tetapi kemajuan akademik juga ikut bertanggung jawab. Kemajuan belajar siswa sangat diharapkan bagi orang tua/masyarakat, oleh karena itu laporan hasil belajar ini sangat ditunggu oleh masyarakat/publik.
b. Bentuk laporan hasil belajar.
Laporan kemajuan belajar siswa dapat disajikan dalam data kuantitatif maupun data kualitatif. Laporan harus disajikan dalam bentuk yang komunikatif dan komprehensif agar profil kemajuan belajar peserta didik dapat mudah dibaca dan dipahami.
c. Rekap nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik yang berisi informasi tentang pencapaian kompetensi dasar dalam kurun waktu satu semester.
d. Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan siswa dalam kurun waktu satu semester. Laporan informasi tentang pencapaian kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

3. Penentuan Kenaikan Kelas
Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila:
a. Memperoleh nilai kurang dari kategori baik untuk kelompok mata pelajaran dan akhlak mulia.
b. Jika belum menetapkan 50% atau lebih SK dan KD dan lebih dari 3 mapel untuk semua kelompok mapel.
c. Jika karena alasan tertentu (sakit) dan tidak bisa dibantu untuk menuntaskan pencapaian kompetensi.

BERAWAL DARI BUDAYA TERAPAN KEPALA SEKOLAH MENJADI KEGIATAN YANG BERMUT


Artikel, Estu Tentrem, S.Pd. M.Pd

Sumber Colektion " Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas"

Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat yang biasdanya Figur Kepala Sekolah dan Guru menjadi panutan dikalangannya yang terkelompok dalam kegiatan sebagai Berikut.

• 1 Kebudayaan tradisional Indonesia
o 1.1 Rumah adat
o 1.2 Tarian
o 1.3 Lagu
o 1.4 Musik
o 1.5 Alat musik
o 1.6 Gambar
o 1.7 Patung
o 1.8 Pakaian
o 1.9 Suara
o 1.10 Sastra/tulisan
o 1.11 Makanan
o 1.12 Kebudayaan Modern Khas Indonesia

Kebudayaan tradisional Indonesia
Rumah adat
• Aceh
• Sumatera Barat : Rumah Gadang
• Sumatera Selatan : Rumah Limas
• Jawa : Joglo
• Papua : Honai
• Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
• Sulawesi Tenggara: Istana buton
• Sulawesi Utara: Rumah Panggung
Tarian
• Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog.
• Bali: Kecak, Barong/ Barongan.
• Maluku: Cakalele
• Aceh: Saman, Seudati.
• Melayu: Serampang Duabelas, Joget Lambak, Zapin, Tari Tanggai
• Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin
• Betawi: Yapong
• Sunda: Jaipong, Reog, Tari Topeng
• Batak Toba: Tortor
• Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis
Lagu
• Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung.
• Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama
• Melayu : Soleram, Tanjung Katung
• Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang
• Aceh : Bungong Jeumpa
• Ampar-Ampar Pisang (Kalimantan Selatan)
• Anak Kambing Saya (Nusa Tenggara Timur)
• Angin Mamiri (Sulawesi Selatan)
• Anju Ahu (Sumatera Utara)
• Apuse (Papua)
• Ayam Den Lapeh (Sumatera Barat)
• Barek Solok (Sumatera Barat)
• Batanghari (Jambi)
• Bolelebo (Nusa Tenggara Barat)
• Bubuy Bulan (Jawa Barat)
• Buka Pintu (Maluku)
• Bungong Jeumpa (Aceh)
• Burung Tantina (Maluku)
• Butet (Sumatera Utara)
• Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat)
• Cikala Le Pongpong (Sumatera Utara)
• Cing Cangkeling (Jawa Barat)
• Cuk Mak Ilang (Sumatera Selatan)
• Dago Inang Sarge (Sumatera Utara)
• Dayung Palinggam (Sumatera Barat)
• Dayung Sampan (Banten)
• Dek Sangke (Sumatera Selatan)
• Desaku (Nusa Tenggara Timur)
• Esa Mokan (Sulawesi Utara)
• Es Lilin (Jawa Barat)
• Gambang Suling (Jawa Tengah)
• Gek Kepriye (Jawa Tengah)
• Goro-Gorone (Maluku)
• Gending Sriwijaya (Sumatera Selatan)
• Gundul Pacul (Jawa Tengah)
• Helele U Ala De Teang (Nusa Tenggara Barat)
• Huhatee (Maluku)
• Ilir-Ilir (Jawa Tengah)
• Indung-Indung (Kalimantan Timur)
• Injit-Injit Semut (Jambi)
• Jali-Jali (Jakarta)
• Jamuran (Jawa Tengah)
• Kabile-Bile (Sumatera Selatan)
• Kalayar (Kalimantan Tengah)
• Kambanglah Bungo (Sumatera Barat)
• Kampuang Nan Jauh Di Mato (Sumatera Barat)
• Ka Parak Tingga (Sumatera Barat)
• Karatagan Pahlawan (Jawa Barat)
• Keraban Sape (Jawa Timur)
• Keroncong Kemayoran (Jakarta)
• Kicir-Kicir (Jakarta)
• Kole-Kole (Maluku)
• Lalan Belek (Bengkulu)
• Lembah Alas (Aceh)
• Lisoi (Sumatera Utara)
• Madekdek Magambiri (Sumatera Utara)
• Malam Baiko (Sumatera Barat)
• Mande-Mande (Maluku)
• Manuk Dadali (Jawa Barat)
• Ma Rencong (Sulawesi Selatan)
• Mejangeran (Bali)
• Mariam Tomong (Sumatera Utara)
• Moree (Nusa Tenggara Barat)
• Nasonang Dohita Nadua (Sumatera Utara)
• O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara)
• Ole Sioh (Maluku)
• Orlen-Orlen (Nusa Tenggara Barat)
• O Ulate (Maluku)
• Pai Mura Rame (Nusa Tenggara Barat)
• Pakarena (Sulawesi Selatan)
• Panon Hideung (Jawa Barat)
• Paris Barantai (Kalimantan Selatan)
• Peia Tawa-Tawa (Sulawesi Tenggara)
• Peuyeum Bandung (Jawa Barat)
• Pileuleuyan (Jawa Barat)
• Pinang Muda (Jambi)
• Piso Surit (Aceh)
• Pitik Tukung (Yogyakarta)
• Potong Bebek Angsa (Nusa Tenggara Timur)
• Rambadia (Sumatera Utara)
• Rang Talu (Sumatera Barat)
• Rasa Sayang-Sayange (Maluku)
• Ratu Anom (Bali)
• Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan)
• Sarinande (Maluku)
• Selendang Mayang (Jambi)
• Sengko-Sengko (Sumatera Utara)
• Sinanggar Tulo (Sumatera Utara)
• Sing Sing So (Sumatera Utara)
• Sinom (Yogyakarta)
• Si Patokaan (Sulawesi Utara)
• Sitara Tillo (Sulawesi Utara)
• Soleram (Riau)
• Surilang (Jakarta)
• Suwe Ora Jamu (Yogyakarta)
• Tanduk Majeng (Jawa Timur)
• Tanase (Maluku)
• Tari Tanggai (Sumatera Selatan)
• Tebe Onana (Nusa Tenggara Barat)
• Te Kate Dipanah (Yogyakarta)
• Tokecang (Jawa Barat)
• Tondok Kadadingku (Sulawesi Tengah)
• Tope Gugu (Sulawesi Tengah)
• Tumpi Wayu (Kalimantan Tengah)
• Tutu Koda (Nusa Tenggara Barat)
• Terang Bulan (Jakarta)
• Yamko Rambe Yamko (Papua)
• Bapak Pucung (Jawa Tengah)
• Yen Ing Tawang Ono Lintang (Jawa Tengah)
• Stasiun Balapan, Didi Kempot (Jawa Tengah)
• Anging Mamiri, Sulawesi Parasanganta (Sulawesi Selatan)
• bulu londong, malluya, io-io, ma'pararuk (Sulawesi Barat)
Musik
• Jakarta: Keroncong Tugu.
• Maluku :
• Melayu : Hadrah, Makyong, Ronggeng
• Minangkabau :
• Aceh :
• Makassar : Gandrang Bulo, Sinrilik
Alat musik
• Jawa: Gamelan.
• Nusa Tenggara Timur: Sasando.
• Gendang Bali
• Gendang Karo
• Gendang Melayu
• Gandang Tabuik
• Sasando
• Talempong
• Tifa
• Saluang
• Rebana
• Bende
• Kenong
• Serunai
• Jidor
• Suling Lembang
• Suling Sunda
• Dermenan
• Saron
• Kecapi
• Bonang
• Kendang Jawa
• Angklung
• Calung
• Kulintang
• Gong Kemada
• Gong Lambus
• Rebab
• Tanggetong
• Gondang Batak
• Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar, dan sebagainya
Gambar
• Jawa: Wayang.
• Tortor: Batak
Patung
• Jawa: Patung Buto, patung Budha.
• Bali: Garuda.
• Irian Jaya: Asmat.
Pakaian
• Jawa: Batik.
• Sumatra Utara: Ulos.
• Sumatra Barat/ Melayu: Songket
• Lampung : Tapis
• Sasiringan
• Tenun Ikat
• Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
Suara
• Jawa: Sinden.
• Sumatra: Tukang cerita.
Sastra/tulisan
• Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
• Bali: karya tulis di atas Lontar.
• Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
• Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara

Rumah Gadang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari


Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau, provinsi Sumatra Barat.Rumah ini memiliki keunikan bentuk arsitektur yaitu dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjuang (anjung) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjuang pada keselarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan untuk golongan kesalarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarkies menggunakan anjuang yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara.


Rumah Joglo
Joglo Lawakan • Joglo Sinom • Joglo Jompongan • Joglo Pangrawit • Joglo Mangkurat • Joglo Hageng • Joglo Semar Tinandhu
Rumah Limasan
Limasan Lawakan • Limasan Gajah Ngombe • Limasan Gajah Njerum • Limasan Apitan • Limasan Pacul Gowang • Limasan Cere Gancet • Limasan Trajumas • Limasan Gajah Mungkur • Limasan Klabang Nyander • Limasan Lambang Teplok • Limasan Semar Tinandu • Limasan Lambang Sari • Limasan Semar Pinondhong
Rumah Kampung
Kampung Pokok • Kampung Trajumas • Kampung Pacul Gowang • Kampung Srotong • Kampung Cere Gancet • Kampung Gotong Mayit • Kampung Semar Pinondhong • Kampung Apitan • Kampung Gajah Njerum • Kampung Gajah Ngombe • Kampung Doro Gepak • Kampung Klabang Nyander • Kampung Jompongan Lambang Teplok Semar Tinandhu • Kampung Lambang Teplok
Rumah Panggang Pe
Panggang Pe Pokok • Panggang Pe Trajumas • Panggang Pe Empyak Setangkep • Panggang Pe Gedhang Selirang • Panggang Pe Gedhang Setangkep • Panggang Pe Cere Gancet • Panggang Pe Kodokan • Panggang Pe Barengan • Panggang Pe Cere Gancet
Mesjidan/Tajugan
Mesjidan Cungkup Pokok • Mesjidan Lawakan • Mesjidan Lambang Teplok • Mesjidan Payung Agung • Tajug Tawon Boni • Tajug Tiang Satu Lambang Teplok • Tajug Pendawa • Tajug Lambang Gantung • Tajug Lambangsari • Tajug Semar Tinandhu • Tajug Semar Sinongsong Lambang Gantung • Tajug Ceblokan Lambang Teplok • Tajug Mangkurat • Tajug Sinom Semar Tinandhu


Honai
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Honai adalah rumah khas Papua. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).



PakaianAdat
Jawa: Batik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari


Batik Indonesia
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak - menggunakan canting atau cap - dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak "malam" (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester). Kain yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini dikenal dengan kain bercorak batik - biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print) - bukan kain batik.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
[sunting] Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
[sunting] Jenis batik
• Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
• Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

Batik Tiga Negeri
Batik Jawa Hokokai 1942-1945
Batik Buketan asal Pekalongan dengan desain pengaruh Eropa
Batik Buketan

Batik Lasem


Sumatra Barat/ Melayu: Songket
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari


Songket Minangkabau
Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Songket biasanya ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi.
Asal-usul kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak. Akibatnya, jadilah songket.
Kain songket ditenun pada mesin tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan flora dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan favorit raja.
Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya membutuhkan sekitar 3 hari.
Mulanya laki-laki menggunakan songket sebagai destar atau ikat kepala. Kemudian barulah wanita Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung. Di masa kini songket adalah pilihan populer untuk pakaian perkawinan Melayu dan sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu hadiah perkawinan.
Ditilik dari harganya, songket tidak dimaksudkan hanya untuk masyarakat berada saja karena harganya yang bervariasi dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat tinggi.
Kain tapis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari


Kain tapis
Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.
Pengertian Tapis Lampung
Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistim sulam (Lampung; "Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
[sunting] Sejarah Kain Tapis Lampung
Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.
Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.
Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.
Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.
Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah mulai berkembang sejak zaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 - 1700 .
Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan.
Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah suku Lampung yang beradat Pepadun.
[sunting] Jenis Tapis Lampung Menurut Asal pemakainya
Beberapa jenis kain tapis yang umum digunakan masyarakat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin adalah :
Tapis Lampung dari Pesisir :
• Tapis Inuh
• Tapis Cucuk Andak
• Tapis Semaka
• Tapis Kuning
• Tapis Cukkil
• Tapis Jinggu
Tapis lampung dari Pubian Telu Suku :
• Tapis Jung Sarat
• Tapis Balak
• Tapis Laut Linau
• Tapis Raja Medal
• Tapis Pucuk Rebung
• Tapis Cucuk Handak
• Tapis Tuho
• Tapis Sasap
• Tapis Lawok Silung
• Tapis Lawok Handak
Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan :
• Tapis Jung Sarat
• Tapis Balak
• Tapis Pucuk Rebung
• Tapis Halom/Gabo
• Tapis Kaca
• Tapis Kuning
• Tapis Lawok Halom
• Tapis Tuha
• Tapis Raja Medal
• Tapis Lawok Silung
Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak:
• Tapis Dewosano
• Tapis Limar Sekebar
• Tapis Ratu Tulang Bawang
• Tapis Bintang Perak
• Tapis Limar Tunggal
• Tapis Sasab
• Tapis Kilap Turki
• Tapis Jung Sarat
• Tapis Kaco Mato di Lem
• Tapis Kibang
• Tapis Cukkil
• Tapis Cucuk Sutero
Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego :
• Tapis Rajo Tunggal
• Tapis Lawet Andak
• Tapis Lawet Silung
• Tapis Lawet Linau
• Tapis Jung Sarat
• Tapis Raja Medal
• Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung
• Tapis Cucuk Andak
• Tapis Balak
• Tapis Pucuk Rebung
• Tapis Cucuk Semako
• Tapis Tuho
• Tapis Cucuk Agheng
• Tapis Gajah Mekhem
• Tapis Sasap
• Tapis Kuning
• Tapis Kaco
• Tapis Serdadu Baris
[sunting] Jenis Tapis Lampung Menurut Pemakainnya
Tapis Jung Sarat
Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat. Tapis Raja Tunggal
Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan sutan.
Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.
Tapis Raja Medal
Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat seperti : mengawinkan anak, pengambilan gelar pangeran dan sutan.
Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.
Tapis Laut Andak
Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada acara pengambilan gelar sutan.
Tapis Balak
Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.
Tapis Silung
Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.
Tapis Laut Linau
Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan pula oleh gadis penari (muli cangget). Tapis Pucuk Rebung
Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat.
Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.
Tapis Cucuk Andak
Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan, pengambilan gelar adat.
Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat.
Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat perkawinan. Tapis Limar Sekebar
Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.
Tapis Cucuk Pinggir
Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.
Tapis Tuho
Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.
Tapis Agheng/Areng
Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari. Tapis Inuh
Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah Krui, Lampung Barat.
Tapis Dewosano
Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat.
Tapis Kaca
Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada saat upacara adat.
Tapis Bintang
Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.
Tapis Bidak Cukkil
Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.
Tapis Bintang Perak
Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.
[sunting] Bahan dan Peralatan Tenun Tapis Lampung
Bahan Dasar Tapis Lampung
Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam.
Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.
Bahan-bahan baku itu antara lain :
Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang. Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera. Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang. Akar serai wangi untuk pengawet benang. Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur. Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah. Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam. Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru. Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.
Pada saat ini bahan-bahan tersebut diatas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan diatas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran. Peralatan Tenun kain Tapis
Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakn peralatan-peralatan sebagai berikut :
Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun. Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-alat : Terikan (alat menggulung benang) Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh) Belida (alat untuk merapatkan benang) Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang) Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan) Guyun (alat untuk mengatur benang) Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun) Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang) Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan) Amben (alat penahan punggung penenun) Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.
Disinilah nilai Bermutu dari Seorang Kepala Sekolah Akan ternilai dengan berbagai kegiatan yang mengacu pada sumber kebudayaan yang ada tanpa mendominasikan kekuntungan pribadi .

MENDALAMI PENDEKATAN INQUIRI DALAM PEMANDU K3S BERMUTU

MENDALAMI PENDEKATAN INQUIRI DALAM PEMANDU K3S BERMUTU
Oleh Estu Tentrem, S.Pd., M.Pd

Kata inkuiri berarti menyelidiki dengan cara mencari informasi dan melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dengan pendekatan inkuiri ini pembelajar dimotivasi untuk aktif berpikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri. Para ahli pendidikan dan juga para pengajar cenderung menggunakan istilah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri sering digunakan bergantian dengan pendekatan penemuan. Dalam bahasa Inggris disebut “discovery approach” yang artinya ialah penyelidikan melalui pencarian informasi atau pertanyaan-pertanyaan. Ada kaitan erat antara menyelidiki dengan penemuan.

Pendekatan Inkuiri dan Pendekatan Penemuan dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Kedua model pembelajaran yaitu pendekatan inkuiri dan pendekatan penemuan berorientasi pada pengolahan informasi dengan tujuan melatih pembelajar memiliki kemampuan berpikir untuk dapat menemukan dan mencari sesuatu pengetahuan secara ilmiah. Dengan pendekatan inkuiri, pembelajaran dimaksudkan untuk membanru pembelajar secara ilmiah, terampil mengumpulkan fakta, menyusun konsep, menyusun generalisasi secara mandiri.

Menurut Sund pembelajar dengan penemuan akan membantu pembelajar menggunakan proses mental dengan mengamati, membuat penggolongan, membuat dugaan, mengukur, menjelaskan dan menarik kesimpulan. Konsep misalnya. konsep dingin, segiempat, masyarakat, kata, frase dan kalimat. Prinsip misalnya. logam kalau dipanasi mengembang, semua kalimat pasif berawalan di.

Pembelajaran dengan penemuan dapat dilakukan dengan melibatkan pembelajar dalam proses kegiatan belajar yang menggunakan proses mental melalui tukar pendapat atau diskusi, seminar dsb. Pembelajaran dengan inkuiri mempunyai proses mental yang lebih kompleks; sebagai contoh, merancang eksperimen, menganalis data, menarik kesimpulan dsb. Dalam pelaksanaan inkuiri dibutuhkan sikap-sikap objektif, jujur, terbuka, penuh dorongan ingin tahu dan tangguh dalam pendirian.

Menarik kesimpulan di atas, bahwa pendekatan penemuan dalam kegiatan belajar mengajar mengutamakan kegiatan pembelajar dengan menggunakan proses mental. Tujuan berikutnya ialah pembelajar akan menemukan konsep dan prinsip. Konsep dan prinsip itu ditentukan sebagai hasil atau akibat adanya pengalaman belajar yang telah diatur secara seksama oleh pengajar.
Contoh : Praktik penyelidikan di laboratorium atau tugas observasi pada pelajaran Bahasa Indonesia dalam membahas salah satu karya sastra. Hasilnya dapat diramalkan sebelumnya sesuai dengan “pengaturan” pengajar.

Sebaliknya pendekatan inkuiri yang digunakan dalam kegiatan belajajar mengajar, struktur pcristivva belajar bersifat tcrbuka. Kemungkinan lain pembelajar “dilepas” aiau diberi kesempatan bebas untuk mencari sesuatu sampai menemukan hasil belajar melalui proses-proses,
a. Asimilasi yaitu memasuldcan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif yang telah ada pada pembelajar.
b. Akomodasi yaitu mengadakan perubahan-perubahan dengan pengertian penyesuaian alam struktur kognitif sehingga sesuai dengan gejala (fenomena) baru yang diamati.
Menurut J. Richard Suchman, tentang hakikat proses inkuiri model teori inkuiri dan komponen-komponen penting untuk inkuiri yang efektif, menjelaskan bahwa proses inkuiri terutama ditujukan kepada kreativitas. Suchman tertarik pada kata “pengertian” dan bagaimana pengertian itu terbentuk pada diri pembelajar. Dengan kata lain, bagaimana pembelajar mengadakan respon (reaksi) kalau datang stimulus (rangsang) pada persepsinya.

Selanjutnya, J.R. Suchman berpendapat bahwa setiap individu mempunyai organisator tertentu yang dapat ditarik untuk membawakan beberapa pengertian terhadap sesuatu objek baru. Oleh Sucliman dijumpai empat identifikasi organisator yaitu,
1. Persepsi yang berisi jumpaan-jumpaan sebelumnya
2. Sistem yang mengatur secara kesatuan fungsi
3. Data yang berisi keterangan dan informasi
4. Kesimpulan hasil analisis data
Setiap orgamsator dapat disimpan untuk penggunaan waktu yang akan datang.
Organisator ini saling berkaitan erat sekali, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu berbeda atau bertentangan. Pengajar hendaknya mendorong jenis inkuiri pada pembelajar bahkan memberi saran kepada pengajar bahwa ia harus,
a. Menciptakan kebebasan untuk memiiiki dan mengekspresikan ide-ide atau gagasan dan mengetesnya
dengan data.
b. Menyediakan suatu lingkungan yang responsif sehingga setiap ide didengar dan dapat
dimengerti, dipahami oleh setiap pembelajar dapat memperoleh data yang dibutuhkan.
c. Membantu setiap pembelajar menemukan suatu jalan untuk bergerak maju.

Tujuan Proses Inkuiri yang diajukan Suchman merupakan pemikiran yang mantap yang implikasinya dapat untuk memperbaiki pendidikan pengajar dan untuk peningkatan peristiwa kegiatan belajar mengajar. Seorang pengajar hendaknya dapat mengembangkan proses inkuiri dengan memusatkan pada masalah-masalah yang perlu dipecahkan oleh pembelajar. Orientasi guru ialah “memandang” pembelajar sebagai individu yang memiiiki potendi yang perlu dikembangkan. Pengajar selalu mengutamakan pertumbuhan dan peningkatan kognitif dan perkembangan kreativitas pembelajar. Mengajar bertujuan mengembangkan bakat-bakat dan membantu pengajar mengembangkan konsep dirinya

Proses belajar ini dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas yakni,
1. Bertanya, artinya tidak semata-mata mendengarkan dan mengha’fal.
2. Bertinda. artinya tidak semata-mata melihat dan mendengarkan.
3. Mencari. artinya tidak semata-mata mendapatkan.
4. Menemukan problem, artinya tidak semata-mata mempelajari fakta-fakta.
5. Menganalisis, artinya tidak semata-mata mengamati.
6. Membuat sintesis, artinya tidak semata-mata membuktikan
7. Beipikir artinya tidak semata-mata melamun atau membayangknn.
8. Menghasilkan atau memprodusir. artinya tidak semata-mata menggunakan.
9. Menyusun, artinya tidak semata-mata mengumpulkan.
10. Menciptakan, artinya tidak semata-mata memproduksi kembaii.
11. Menerapkan. artinya tidak semata-mata mengingat-ingat.
12. Mengekspresimenkan, artinya tidak semata-mata membenarkan,
13. Mengkritik, artinya tidak semata-mata menerima
14. Merancang, artinya tidak semata-mata beraksi.
15. Mengevaiuasi, artinya tidak semata-mata mengulangi.

Beberapa kondisi yang diperlukan untuk proses belajar inkuiri
a. Kondisi yang fleksibel, bebas, terbuka untuk berinteraksi.
b. Kondisi lingkungan yang responsif.
c. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
d. Kondisi yang bebas dan tekanan.

Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan inkuiri secara mantap yang dibutuhkan pengajar yang mampu berperan, karena aktivitas banyak terjadi pada din pembelajar.
Peranan Pengajar dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan Inkuiri adalah,
1. Pengajar mampu menstimulasi (memberi rangsangan dan menentang pembelajar untuk berpikir).
2. Pengajar mampu memberi dukungan untuk inkuiri.
3. Pengajar mampu memberikan fleksibilitas (kesempatan dan keluwesan serta keberrsamaan untuk
berpendapat, berinisiatif atau berprakarsa) dan bertindak.
4. Pengajar mampu mendiagnosis kesulitan-kesuhtan pembelajar dan membantu mengatasinya.
5. Pengajar mampu mengidentifikasi dan menggunakan kemampuan mengajar serta waktu mengajar
dengan sebaik-baiknya.

Akan tetapi dalm proses belajar mcngajar hal-hal yang perlu mendapat rangsangan (stimulus) adalah,
a. Adanya hak dan otonomi pembelajar.
b. Kebebasan dan dukungan terhadap pembelajar.
c. Sikap keterbukaan.
d. Percaya kepada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri.
e. Adanya konsep dirinya (self-concept).
f. Pengalaman inkuiri, menunjukkan terlibat dalam masalah-masalah.

Segi Keuntungan Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Penemuan dan
Pendekatan Inkuiri
1. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar
Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin sering keterlibatan pembelajar dalam kegiatan makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu.

2. Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri), sehingga terbuka
terhadap pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil
kesempatan yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat.

3. Tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana ia dapat
menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.
4. Pengembangan bakat dan kecakapan individu, Lebih banyak kebebasan dalam proses belajar mengajar
berarti makin besar kemungkinannya untuk mengembangkan kecakapan, kemampuan dan bakat-
bakatnya.
5. Dapat memberi waktu kepada pembelajar unuk mengashnilasi dan mengakomodasi informasi.
Belajar yang sesungguhnya yaitu jika pembelajar bereaksi dan bertindak terhadap informasi melalui
proses mental.
6. Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional

Jerome Bruner, melihat beberapa segi keuntungan dari pendekatan penetnuan.
a. Pembelajar akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih banyak dan lebih baik.
b. Membantu pembelaj.ar menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
Mendorong pembelajar berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
d. Mendorong (memotivasi) pembelajar berpikir dan merumuskan hipotesis serta membuktikannya
melalui proses belajar. ,
e. Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik.
f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
g. pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh bersifat merangsang kegairahan belajar.

Di samping keuntungan ada juga kelemahan-kelemahan dalam pendekatan inkuiri.

1. Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar. Dengan percaya diri yang kuat.
Pembelajar harus mampu menghilangkan hambatan.
2. Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar, kemungkinan
besar tidak berhasil.
3. Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang pengajar,
biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar mandiri.
Dampaknya dapat mengecewakan pengajar dan pembelajar sendiri.
4. Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan keterampilan memberi kesan terlalu
idealis.
SELAMAT MEMAMNDU

SEKILAS STUDY VISIT DAN PENGINTEGRASIAN MATERI PEMBINAAN NASIONALISME


SEKILAS STUDY VISIT DAN PENGINTEGRASIAN MATERI PEMBINAAN NASIONALISME BAGI KEPALA SEKOLAH
Artikel Estu Tentrem, M.Pd
A. Ruang Lingkup Materi Kegiatan Kepala Sekolah
Ruang lingkup materi Pembinaan Nasionalisme melalui Jalur Pendidikan yang diintegrasikan pada Kegiatan Kepala Sekolah dalam kelompok kerjanya yang relevan bagi seorang Kepala Sekolah sebagai berikut.

1.Kesadaran Berbangsa dan Bernegara bagi Seorang Kepala Sekolah
a.Kesadaran sebagai bangsa Indonesia.
b.Cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia.
c.Hak dan kewajiban sebagai warga negara.
d.Hakikat negara Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e.Harkat, martabat, dan derajat bangsa Indonesia.
f.Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g.Kebhinekaan tunggal ikaan bangsa dan kebudayaan Indonesia.
h.Sejarah perjuangan bangsa Indonesia, serta
i.Simbol-simbol negara (Lambang Negara Garuda Pancasila, Bendera Kebangsaan Indonesia Sang Saka Merah Putih, Lagu Kebangsaaan Indonesia Raya, dan Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia, serta Lembaga-Lembaga Negara)

2.Kecintaan Terhadap Tanah Air bagi Seorang Kepala Sekolah
a.Lagu-lagu perjuangan dan/atau lagu yang bertemakan nasionalisme.
b.Menjaga dan merawat lingkungan.
c.Kebanggaan atas potensi sumber daya yang dimiliki bangsa Indonesia serta berupaya merawat, mengolah, dan menjaganya.
d.Menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa melalui prestasi baik di sekolah maupun di masyarakat, serta
e.Ikut serta menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.

3.Keyakinan pada Pancasila Sebagai Ideologi, Dasar, dan Falsalfah Negara bagi Seorang Kepala Sekolah
a.Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar negara, dan indeologi negara.
b.Lagu kebangsaan Indonesia Raya.
c.Hari-hari besar agama dan nasional.
d.Nilai-nilai kepahlawanan.
e.UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.Kerelaan Berkorban untuk Bangsa dan Negara bagi Seorang Kepala Sekolah
a.Kesetiakawanan sosial dan solidaritas nasional.
b.Kejujuran, keadilan, dan rasa tanggung jawab.
c.Pola hidup sederahana.
d.Menjaga fasilitasi umum dan milik negara.
e.Menghormati kepentingan umum.
5.Kemampuan Awal Bela Negara
a.Hidup bersih dan sehat.
b.Kesamaptaan jasmani.
c.Kedisiplinan dan ketertiban.
d.Keuletan, tahan uji, dan pantang menyerah.
e.Rajin belajar dan giat bekerja.

B.Prinsip-prinsip Pengintegrasian Materi Pembinaan Nasionalisme melalui jalur Pendidikan dalam menejemen Kepala Sekolah.
Prinsip-prinsip pengintegrasian materi Pembinaan Nasionalisme melalui Jalur Pendidikan pada satuan pendidikan SD/MI sebagai berikut :
1.Kesesuaian
Materi Pembinaan Nasionalisme yang akan diintegrasikan dalam mata pelajaran harus memiliki kesesuaian dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2.Kongkrit
Peserta didik dapat dilatih membuat hubungan sebab-akibat jika dapat dilihat secara langsung, dapat berinteraksi dengan benda-benda, bermain, dan melakukan eksplorasi agar memperoleh pengalaman langsung.
3.Proporsional
Pengintegrasian materi Pembinaan Nasionalisme dilakukan secara proporsional tanpa mengabaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
4.Sesuai dengan tingkat perkembangan
Pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, baik usia maupun dengan kebutuhan individual anak. Oleh karena itu, pembelajaran peserta didik disesuaikan baik lingkup maupun tingkat kesulitannya.
5.Terpadu
Pengintegrasian materi Pembinaan Nasionalisme dilakukan secara terpadu dengan tema dan materi pelajaran yang relevan.
6.Kontekstual dan multikonteks
Pembelajaran peserta didik harus kontekstual dan menggunakan banyak konteks. Apa yang dipelajari peserta didik adalah persoalan nyata sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Berbagai fenomena yang ada di sekitar peserta didik, kejadian, dan isu-isu yang menarik dapat diangkat sebagai tema persoalan belajar.

C.Alur Pengintegrasian
Alur pengintegrasian materi Pembinaan Nasionalisme melalui Jalur Pendidikan pada satuan pendidikan SD/MI mencakupi :
1.Identifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran terkait.
2.Menetapkan materi nasionalisme yang akan diintegrasikan pada tema atau mata pelajaran terkait.
3.Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan materi Pembinaan Nasionalisme.
4.Memilih evaluasi yang sesuai dengan materi Pembinaan Nasionalisme.
5.Melakukan review/evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pembinaan Nasionalisme.

TAHAPAN STRATEGI DAN STANDARITAS DALAM KEGIATAN KEPALA SEKOLAH


A.Perencanaan
Pengembangan rencana pembelajaran dapat diwujudkan pada saat penyusunan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar, pengembangan indikator pencapaian hasil belajar, pengembangan materi, pengembangan sistem penilaian, serta penyusunan silabus dan rencana pembelajaran.

B.Pelaksanaan Keiatan
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara BERMUTU terpadu, sesuai rancangan Kegiatan. Kegiatan dan materi Pembinaan Nasionalisme terhadap seorang Kepala Sekolah hendaknya lebih ditekankan pada implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang disesuaikan dengan Langkah kegiatan terpadu dan bermutu secara menejerial dari setiap Kepala Sekolah.

C.Proses Penilaian Hasil Kegiatan
Penilaian Kegiatan K3S bermutu tersebut dilakukan melalui penilaian proses dan hasil Kegiatan yang tercatat dalam Jurnal belajarnya. Penilaian proses dapat dilakukan melalui pengamatan Pengurus dan supervisor K3S Bermutu terhadap aktivitas belajar, sikap dan perilaku peserta Kerja . Sedangkan penilaian hasil belajar dapat dilakukan melalui penilaian atas penugasan Kepala Sekolah sesuai tugas dalam pemanduan masing masing kelompok maupun penilaian belajar reguler.
Penilaian dilakukan pada pengintegrasian materi nasionalisme maupun pada materi belajar yang lebih luas dari hasil study visit yang dilakukan oleh kelompok Kerja Kepala Sekolah yang telah diprogramkan.
Edisi 1 . bersambung edisi 2